The Story of Fa'Diel

Sabtu, 11 April 2009

Prologue

Birunya langit menghias hari hari cerah di desaku yang penuh kedamaian di daerah khatulistiwa yang teduh, kehidupan kami seakan bagai simfoni lagu surgawi yang indah nan merdu serta melebur dalam kesatuan, kami adalah para Eloim, manusia biasa yang mempunyai berkah kekuatan untuk mampu memanggil Malachel.

Bagi kami, malachel bukan hanya pelindung kami namun juga mereka tak lain adalah keberadaan jiwa individual yang merefleksikan hati kami. Mereka mempunyai jutaan bahkan milyaran macam bentuk permanen dari yang berbentuk amuba hingga manusia berparas elok bersayap. Bersama mereka, kami Eloim dan para Malachel, telah sanggup bekerja sama dalam membangun negeri Fa diel tercinta kami yang kecil dan terkasih yang dipimpin oleh seorang ratu bijak, beliau telah membuat negeri kami teratur, namun sayang, akhir akhir ini, dikarenakan umur beliau beranjak lebih 200 tahun, sehingga beliau lebih mudah rentan terhadap sakit. Tetapi, tetap saja keagungan kami, yang tak dipunyai oleh negara lain ini tampaknya telah menyebar luas melalui kabar angin, dari mulut kemulut. Dari negara yang terkenal dengan pengetahuan tinggi yang mereka kumpulkan selama 400abad yang kami sebut negeri"Zebul", dan negeri berspiritual tinggi yang menganggap sains terkutuk lagi biadab bernama "Gato", hingga ke negeri penuh kekejaman dimana hanya ada hukum rimba. "geohek",negri kering yang terang matahari tak pernah menghangati para penduduknya yang disebut dengan para "Helel" namun malah membakar mereka., sudah berabad abad kami para Eloim dan Helel mempunyai hubungan yang buruk, mengingat perang antara nenek moyang kami

Dan kemudian tibalah kejadian ironis bagiku,sebuah perang besar yang terjadi 300 abad yang lalu terulang, seperti De Javu bagiku,antara negeri geohek yang datang dengan kapal yang berukuran raksasa, Charon dengan kami negeri kecil fa diel, walau lebih sedikit, mereka mempunyai kemampuan mendatangkan Djinn, para roh angin yang berbentuk tornado hitam yang menyapu apapun didepanya,perang besar berlanjut 8hari 9malam tanpa jeda, kami sudah meminta kepada negara terdekat kami yang berjarak 20 juta mil jauhnya, negeri Heilig, negeri para biarawan biarawan suci yang kami sebut para "Chorumim". Para Chorumim dapat memberi rasa damai dan sukacita lewat nyanyian syukur mereka. Namun, bukan nyanyian indah yang membuat mereka kuat, tetapi sebaliknya, kekuatan mereka menyuarakan lagu laguan pujian yang menulikan telinga, bahkan menurut rumor dari temanku di udara biru itu, mereka sanggup menghancurkan bebatuan dan beton hanya dalam waktu beberapa sekon saja. Negeri indah bernama Heilig itu terdiri atas pualam putih sebagai tanah mereka, dan satu satunya pohon yang tumbuh disana adalah sebuah pohon yang sangat besar hingga mencangkup 3/4 wilayahnya.

Namun tak ada jawaban dari mereka, walau sudah berpuluh pasukan kami yang menunggangi Elliom yang dapat berenang dan terbang telah kami kirimkan. Namun tak ada jawaban. Tak ada pilihan lain, selain kami hadapi sendiri. Sudah berjuta prajurit kami dan mereka meninggal. Hingga hari itu datang, sang maharaja Halel, Mabous. Ia merupakan pemilik Djinn terbesar yang pernah kulihat serta telah memusnahkan para prajurit garis depan negeri kami, dan kemudian dari langit, datanglah putri Avnas, putri dari raja kami yang telah wafat 10 tahun silam, dengan gagah, ia menunggangi seekor garuda raksasa berwarna merah menyala yang adalah Malachelnya, garuda itu kemudian menurunkan Avnas ke antara kami para rakyat. Api datang entah dimana menyelimuti sang garuda, garuda itu bukanya terbakar malah bertambah tinggilah hingga setinggi Djinn, dan bertarunglah mereka. Aku dan penduduk fa diel hanya sanggup melihat pertarungan antara Avnas dan Mabous, pertarungan sengit dimana mereka berdua tak terlihat lengah. Avnas, walau seorang gadis ia bertarung menyamai, bahkan lebih baik daripada ayahnya, Lord Azza from west, dan melebihi kegigihan masa muda ibunya Queen of Penemue.Namun juga, Mabous juga bertarung serius,seakan tak memperdulikan Avnas adalah seorang gadis yang umurnya sepertiga dari usia nya, mereka bertarung menggunakan pedang panjang, Avnas menggunakan pedang perak hadiah dari kakek buyutnya, dan Mabous menggunakan pedang pualam hitam bernama Ezeeq. Tak kalah dengan mereka, Malachel Avnas, Sataniel seakan tak mau kalah dengan Djinn mabous. Pertarungan itu merusakan sgala area di dekat mereka, tak peduli rumah sipil, sekolah, maupun makam. Pertempuran membabi buta, membuat ku merinding.

Fajar telah tiba, munculah harapan kami, bangsa Heilig menjawab tangisan kami. Bersama mereka kami memukul mundur Geoheks. Orpheus, pemimpin kesatria Heilig, sekaligus pangeran Heilig,memimpin lagu pujian 100 orang Chorumim yang bisa memusnahkan berjuta Djinn, dan seketika, para Helel kalah telak,menyebabkan tiada pilihan Mabous mundur, Mereka menggunakan charon dan Avnas meniupkan sangkakala, tanda akhir dari perang yang menghamburkan nyawa ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Talk less, Do more. Design by Pocket